Jackson Pollock memainkan peran penting dalam sejarah seni modern Amerika. Dia sangat berpengaruh dalam gerakan ekspresionis abstrak. Pollock menggunakan gaya yang dikenal sebagai lukisan “tetesan”, dan kreasinya hadir dalam warna hitam dan putih dan lainnya dengan warna tepat di setiap cetakan Pollock.
Lukisan Pollock sebelumnya didominasi warna hitam putih termasuk Nomor Dua Puluh Tiga, Gema dan Nomor Tujuh. Pada tahun 1952 ia memilih untuk beralih kembali ke format penuh warna berskala besar dengan Konvergensi dan Kutub Biru.
Alkoholisme Jackson Pollock dan serangan depresi berat menambah ketenarannya di seluruh Amerika, saat ia terus melukis untuk melepaskan diri dan mengalihkan perhatian dari masalah sosialnya sendiri. Van Gogh dan banyak seniman lain telah melakukan hal serupa. Dia mencari terapi melalui pendekatan barunya mengenai lukisan tetes, termasuk Nomor 1 (Lavender Mist).
Konvergensi menampilkan emosi Pollock dalam bentuk abstrak, dan menunjukkan emosinya yang liar, dengan imajinasinya yang inovatif dan bertingkat dalam pertunjukan penuh. Itu adalah bentuk seni terbaik yang bisa dia temukan untuk sepenuhnya mewakili pikirannya yang bergejolak yang menghantuinya, tetapi juga mendorongnya ke karya seni terbaiknya.
Jackson Pollock punya cara unik dalam menciptakan karya agungnya, yaitu dengan melingkari kanvas besar yang diletakkan rata di lantai, sambil meneteskan, menuangkan, dan memercikkan cat secara acak ke kanvas. Sejak itu, lukisan ini disebut lukisan aksi. Setiap lukisan akan memiliki banyak keacakan, didorong oleh pikiran bawah sadarnya, tanpa subjek yang konsisten dari satu lukisan ke lukisan berikutnya. Ini adalah kelahiran lukisan abstrak ketika alam bawah sadar Pollock terurai dalam perpaduan karya yang menawarkan kebebasan berimajinasi sebagai bentuk seni yang aneh.
Daya tarik lain dari Konvergensi adalah pendapat Pollock bahwa menjadi seniman tidak memerlukan keterampilan teknis tertentu dan semua orang bisa mengakses seni sendiri. Ia membuka seni melalui gerakan abstrak yang mendidik masyarakat agar percaya pada kebebasan seni, bukan ide-ide yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Seniman abstrak pada masa itu, seperti Pollock dan Rothko, percaya bahwa seni tradisional tidak dapat menggambarkan emosi mereka dengan cukup jelas sehingga mereka mengikuti jalur inovatif yang kemudian membawa lukisan Amerika ke garis depan seni internasional, dan memimpin New York untuk menggantikannya. Paris sebagai pemimpin dunia seni avant-garde.